Senin, 30 Januari 2012

Drama "Pentingnya shalat"

            Ini kisah menceritakan seorang pelajar yang tinggal di sebuah desa terpencil sebenarnya dia baik tetapi jarang shalat, sehingga apabila hendak shalat dia selalu di ceramahi oleh temannya dan terutama pak ustadz.
Inilah tokoh-tokohnya :
pak ustadz abdullah
bu aminah( guru )
Ferdi ( murid )
Safira ( murid )
Abeng ( murid )
wawan ( murid )
darwis ( murid )

            Alkisah di sebuah sekolah islami tsanawiyah ada lima orang murid yang sifatnya beragam ada yang baik dan ada yang bandel, ada yang ada yang ada yang pintar dan ada yang tidak, dan lain-lain. Pada pagi harinya di kelas VIII-1. Darwis sudah datang dan dia sedang membaca buku di kelas.
ferdi       : “ kamu lagi baca buku ?”
Darwis   : “ iya, saya sedang belajar tolong jangan ganggu ya.”
ferdi       : “yasudah, kok pagi-pagi kamu sudah baca buku ?”
Darwis   : “ justru baca buku itu berguna karena bisa menambah ilmu kita.”
Ferdi      : “ yasudahlah, terserah kamu saja.”
           
Ketika itu juga abeng dan wawan datang bersama-sama dan mereka bingung apa yang sedang dibicarakan ferdi dan Darwis.
 Abeng  : “ sedang apa kalian ini ?”
Ferdi     : “ aku lagi ngebecandain darwis, dia lagi baca buku.”
Wawan : “ ah, sok alim, pagi-pagi gini baca buku capek dech.”
Darwis  : “ justru itu karena, pada pagi hari otak kita masih jernih jadi kita dapat mudah menghafal.”
Abeng   : “ ah, gimana kamu saja deh.”

Datanglah safira.
Safira    : “ wes pagi-pagi gini udah ngerumpi ga baik tau.”
Ferdi     : “ kita bukan ngerumpi tapi lagi ngebecandain si darwis, dia pagi gini udah baca buku.”
Safira  : “ wah, malah bagus itu kalian harus mencontoh dia supaya bisa menjadi pintar.”
Abeng  : “ kalian ini sama saja seperti darwis percuma deh ngomong sama kalian.”
Safira   : “ yah, terserah kamu lah.”
           
Setelah mereka mengobrol bel berbunyi pertanda masuk kelas dan bu aminah masuk untuk mengajar beberapa pelajaran di hari itu.
Bu aminah : “ assalamu’alaikum.”
Semua        : “ wa’alaikum salam.”
Bu aminah : “ semuanya buka buku fiqh bab shalat sekarang kita akan mempelajari tentang shalat, apa kalian tau bagaimana pentingnya shalat ?”
Darwis       : “ saya tau bu, shalat itu bagaikan tiang sebuah bangunan yang apabila sebuah rumah tidak mempunyai tiang maka rumah itu akan rubuh begitupun shalat apabila agama tidak di sertai dengan shalat maka kita belum menjadi umat islam yang sebenarnya.”
Bu aminah : “ bagus sekali jawabanmu itu darwis, yasudah sekarang kalian telah memahami apa itu shalat, sekarang keluarkan kertas kosong karena kita akan mengadakan ulangan harian.”
Abeng        : “ wan gimana nih kita kan jarang shalat mana kita belum menghafal lagi.”
Wawan      : “ sama nih aku juga belum menghafal.”

            Ulangan sedang berlangsung tapi wawan dan abeng belum mengerjakan satu soal pun akan tetapi waktu sebentar lagi habis.
Abeng       : “ wan, kamu udah belum ?”
Wawan      : “ belum nih, kita asal sajalah dari pada tidak mengisi.”
Abeng        : “ baiklah.”
Bu aminah : “ cepat kumpulkan kertas kalian !”
Semua        : “ baik bu.”

            Bel berbunyi waktunya istirahat shalat dzuhur.
Safira    : “ ayo, semuanya mari kita shalat dulu.”
Abeng   : “ untuk apa shalat ? ga ada gunanya.”
Safira    : “ kamu bilang apa ? ga ada gunanya ? apa kamu tidak mendengarkan pelajaran tadi ? mau jadi apa kamu kalau tidak shalat ?”
Ferdi    : “ sudahlah biarkanlah mereka, mereka sudah kebal dengan ocehan apapun jadi kamu percuma marah-marah kaya gitu ga ada gunanya.”
Darwis : “ mari kita shalat.”

            Semua murid sedang shalat di masjid akan tetapi wawan dan abeng malah pergi ke kantin.
Tetapi sesudah shalat , safira,ferdi dan darwis malah pergi ke ruang bu aminah mereka melaporkan sikap wawan dan abeng yang keterlaluan itu.
Semua        : “ asalamu’alaikum.”
Bu aminah  : “ wa’alaikum salam, ada apa kalian kemari ?”
Ferdi           : “ gini bu kita sudah tidak kuat melihat kelakuan abeng dan wawan yang makin lama makin keterlaluan.”
Bu aminah  : “ keterlaluan bagaimana ?”
Darwis        : “ mereka setiap di ajak shalat pasti tidak mau padahal itu kan keseharian kita di sekolah ini.”
bu aminah   : “ yasudah panggil mereka keruangan ibu!”
Ferdi           : “ baik bu.”
Bu aminah  : “ oh ya, satu lagi kalian boleh pulang karena guru-guru ada penataran hari ini.”
Safira          : “ terima kasih bu.”
Semua         : “ assalamu’alaikum.”
Bu aminah  : “ wa’alaikum salam.”

            Sesudah itu mereka ke kelas dan memberitahu abeng dan wawan.
Safira  : “ semaunya kita boleh pulang.”
Abeng : “ yes, kita pulang duluan.”
Ferdi    : “ eit, jangan senang dulu kalian di panggil bu aminah tuh baru boleh pulang.”
Wawan: “ ada perlu apa bu aminah memanggil kita ?”
Annisa : “ mana kita tau, Tanya aja sama bu aminahnya.”



            Semua pulang tetapi abeng dan wawan harus ke ruang bu aminah dulu.
Semua        : “ assalamu’alaikum.”
Bu aminah : “ wa’alaikum salam, silahkan duduk.”
Wawan       : “ terima kasih bu, ada apa kami dipanggil kesini ?”
bu aminah : “ apa benar kalian jarang shalat di sekolah ?”
Abeng        : “ i….i… iya bu kami jarang shalat di sekolah tapi kami shalat di rumah kok.”
Wawan       : “ kamu jangan bohong.” ( sambil berbisik )
Abeng        : “ biarlah kita cari aman saja.” ( berbisik juga )
Bu aminah : “ apa kalian tidak tahu kita di sini sudah terbiasa shalat dzuhur berjamaah mengapa kalian tidak ikut shalat di sekolah ?”
Abeng        : “ tapi bu kita kan shalat di rumah.”
Bu aminah : “ sebenarnya tidak apa-apa tapi kan shalat berjamaah pahalanya lebih besar dari pada kalian shalat sendiri di rumah.”
Wawan       : “ baik bu, insyaallah kami tidak akan mengulanginya lagi.”
bu aminah : “ bagus kalau begitu.”
Semua        : “ terima kasih bu, assalamu’alaikum.”
Bu aminah : “ wa’alaikum salam.”

            Di perjalanan pulang.
Wawan       : “ kamu ngapain tadi bohong ?”
Abeng         : “ biarlah kan kita cari aman.”
Wawan       : “ kamu mau shalat di rumah ?”
Abeng         : “ ga ah malas.”
Wawan       : “ sama aku juga.”
 Pak ustadz : “ assalamu’alaikum.”
Semua        : “ wa’alaikum salam.”
Pak ustadz  : “Rasulullah S.A.W. telah bersabda yang bermaksud : “Sesiapa yang memelihara solat, maka solat itu sebagai cahaya baginya, petunjuk dan jalan selamat dan barangsiapa yang tidak memelihara solat, maka sesungguhnya solat itu tidak menjadi cahaya, dan tidak juga menjadi petunjuk dan jalan selamat baginya.”
Wawan       : “ ah pak ustadz ini bisanya hanya nyeramahi kita saja.”
Pak ustadz  : “ bukan menceramahi tapi menasehati.”
Abeng         : “ sama sajalah pak.”
Pak ustadz   : “ assalamu’alikum.”
Semua         : “ wa’alaikum salam.”

Sore hari safira, ferdi dan darwis sedang belajar bersama di rumah ferdi.
Ferdi          : “ aku aneh banget deh sama wawan dan abeng, apa coba maunya mereka ? di suruh yang baik ga mau.”
Darwis       : “ sudah ngapain kita mikirin mereka. Lebih baik kita belajar sajalah.”
Safira         : “ iya betul.”
Pak ustadz : “ assalamu’alaikum.”
Semua       : “ wa’alaikum salam.”
Pak ustadz : “ sungguh allah S.W.T mencintai orang yang peduli dengan sesama muslim lainnya karena semua muslim itu bersaudara.”
Ferdi          : “ bukannya kita tidak peduli terhadap teman kita tapi kita hanya takut tertular seperti mereka.”
Pak ustadz : “ asal iman kalian kuat insya allah kalian tidak akan ikut seperti mereka.”
Ferdi          : “ mudah-mudahan benar gitu ya pak, kami kasihan dengan mereka.”
Pak ustadz : “ aamiin, assalamu’alaikum.”
Semua       : “ wa’alaikum salam.”

            Waktu mendekati shalat ashar telah tiba safira, ferdi dan darwis menuju ke masjid untuk bersiap-siap shalat ashar berjamaah, di perjalana mereka bertemu wawan dan abeng yang sedang bermain dengan asyiknya.
Ferdi         : “ wawan, abeng kalian mau ikut kita ke masjid ga ?”
Abeng       : “ kamu ga tau apa kita lagi asyik main ni.”
pak ustadz : “ tinggalkanlah semua pekerjaan apabila telah masuk waktu shalat.”
Wawan      : “ pak ustadz ngagetin kami saja ya, baiklah kami ikut ke masjid.”
Darwis       : “ nah, gitu donk.”

            Mereka bersama-sama pergi ke masjid, shalat ashar sudah tiba dan darwis pun adzan.
Darwis       : “ allahu akbar ! allahu akbar !, lailaha illallah…”
           
Mereka shalat ttapi wawan dan abeng malah melarikan diri lalu pergi bermain lagi.
Pak ustadz : “Kalau solat kamu itu tidak dapat menahan kamu dari melakukan perbuatan mungkar dan keji, maka sesungguhnya kamu dianggap orang yang tidak mengerjakan solat. Dan pada hari kiamat nanti solatmu itu akan dilemparkan semula ke arah mukamu seperti satu bungkusan kain tebal yang buruk.”

            Malam harinya abeng menginap di rumah wawan dan mereka berfikir.
Wawan  : “ beng, kayanya benar apa kata teman-teman bahwa shalat itu penting soalnya aku selama ini seperti terus merasakan gelisah dan aku lihat mereka itu hidupnya tenang sekali.”
Abeng    : “ iya benar, apa kita harus berubah ya ?”
Wawan   : “ ya sepertinya kita harus merubah sikap kita.”
Abeng    : “ Baiklah mari kita shalat malam dan kita bertaubat kepada allah SWT. Semoga tobat kita di terima, mari kita berwudlu.”
Wawan   : “ oke.”

Keesokan harinya. Mereka memulai aktivitas mereka dengan bersekolah tiba mereka di sekolah bel lang sung berbunyi dan mereka memasuki kelas.
Bu aminah : “ assalamu’alaikum.”
Semua        : “ wa’alaikum salam.”
Bu aminah : “ anak-anak khusus hari ini ibu akan mengadakan sebuah kuis.”
Semua        : “ baik bu.”

            Kuis terus berlanjut sampai istirahat shalat dzuhur pun tiba.
Safira         : “ ayo semuanya mari kita shalat.”
wawan       : “ baiklah.”
ferdi           : “ tumben kamu mau shalat ? biasanya ga mau.”
Darwis       : “ kamu jangan bicara begitu, sudah bagus mereka mau shalat.”
Ferdi          : “ maaf lah aku salah bicara.”
Abeng       : “ iya kita mau taubat kita sekarang sudah sadar bahwa shalat itu ternyata penting sekali kita telah merasakannya karena kita melihat kalian hidup tenang dengan sering beribadah akan tetapi kita terus gelisah walau pun sedang tidak ada musibah apapun.”
Safira         : “ bagus kalau begitu mari kita shalat.”

            Akhirnya abeng dan wawan bertaubat karena mereka telah menyadari beberapa hal tentang pentingnya shalat bagi kehidupan kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar